Sabtu, 27 Juni 2015

ILMU BUDAYA DASAR : TUGAS 3

1. Kompetensi apa yang ingin dicapai setelah anda belajar IBD ?

   Kompetensi dasar yang ingin dicapai melalui sudut pandang saya sebagai seorang mahasiswa adalah agar setiap mahasiswa sebagai generasi penerus bangsa selanjutnya dapat berpikir secara kritis,kreatif dan sistematik serta memiliki kepekaan terhadap lingkungan,empati social,dan dapat berperan mencari solusi yang bijaksana jika dalam lingkunaganya sedang terjadi masalah social.

2. Apa pendapat kalian tentang perbedaan suku-suku yang ada di indonesia  dapat bersatu menjadi satu kesatuan yang disebut bhineka tungga ika yang menjadi dasar nega indonesia ?

   Secara harfiah " Bhinneka Tunggal Ika " memiliki arti Berbeda-beda tetapi tetap satu jua.
Menurut saya semboyan itu merupakan dasar untuk mewujudkan rasa persatuan dan kesatuan dalam seluruh masayarakat Indonesia,dimana walaupun banyak perbedaan antar sesamanya namun dapat saling menghargai dan saling menolong antar masyarakat yang satu dengan yang lainnya tanpa memandang suku bangsa,agama,bahasa,adat istiadat,warna kulit,dll. Selain itu dengan adanya semboyan ini dapat mempererat dan memperkuat talipersaudaraan antar seluruh rakyat Indonesia.

3. Manakah yang benar , kebudayaan adalah produk manusia atau manusia adalah produk kebudayaan ? ( Jelaskan !)

   Kebudayaan adalah produk manusia karena manusia sendiri adalah pencipta kebudayaan. Pada awal terjadinya kebudayaan manusia menciptakannya secara sadar maupun tidak sadar melalui aktivitas yang manusia lakukan secara rutin. Dari kebiasaan yang cenderung terus meneruslah sehingga tercipta suatu kebudayaan.

Sedikit penjelasan:
   Budaya tercipta dan terwujud merupakan hasil dari interaksi antar manusia dengan alam raya ini. Manusia diciptakan Tuhan dengan dibekali akal sehingga mampu berkaya. Selain itu manusia juga memiliki intelegensia,intuisi,perasaan,emosi,kemauan,fantasi dan perilaku. Dengan kemampuannya itu manusia mampu menciptakan sebuah kebudayaan yang akan terus ada secara turun menurun.
   Kebudayaan juga mempunyai kegunaan yang sangat besar bagi manusia,hasil karya manusia menimbulkan teknologi yang mempunyai kegunaan utama dalam hidup manusia. Sehingga,kebudayaan memiliki peran sebagai berikut :
1. Suatu hubungan pedoman antar manusia atau kelompoknya.
2. Wadah untuk menyalurkan perasaan dan kemampuan.
3. Sebagai pembimbing kehidupan manusia.
4. Pembeda manusia dan binatang.
5. Petunjuk bagaimana manusia berperilaku dan bertindak dalam pergaulan.
6. Pengatur agar manusia mengerti bagaimana ia bertindak,berbuat dan menentukan sikap dengan orang lain.
7. Sebagai modal dasar pembangunan.

Jumat, 08 Mei 2015

Suku Bangsa Talaud

Suku bangsa Talaud
mendiami gugusan pulau-pulau Talaud di Kabupaten Kepulauan Sangir-Talaud, Provinsi Sulawesi Utara. Daerah mereka terdiri dari tiga pulau utama, yaitu Pulau Karakelang, Salibabu dan Kabaruan. Nama lain dari Talaud adalah Taloda, artinya "orang laut". Ada juga yang menyebutnya Porodisa.
Asal-Usul
Suku Sangir (SangiheTalaud, adalah komunitas suku yang mendiami pulau-pulau kecil antara Sulawesi dan Filipina.
Menurut penuturan tokoh masyarakat Sangihe Talaud, dulunya mereka berasal dari beberapa kelompok suku pendatang yang pada akhirnya berbaur menjadi suatu suku bernama Suku Sangihe Talaud. Suku-suku pendatang tersebut adalah:
- Apapuang (yang paling awal), konon ceritanya berasal dari Bangsa Negrito;
- Dari Saranggani, Mindanao Selatan;
- Dari daratan Merano, Mindanao Tengah;
- Dari Kepulauan Sulu (sebagian kecil adalah raksasa)
-Dari Kedatuan Bowentehu + Manado Tua, dimana ras ini berasal dari Molibagu (Bolangitam).

Bahasa Suku Talaud
Bahasa Talaud terdiri atas enam dialek, yaitu Sali-Babu, Karakelang, Essang, Nanusa, Miangas, dan Kabaruan. Bahasa Talaud juga mengenal tingkatan bahasa halus, menengah, dan kasar. Masyarakat ini memakai bahasa Melayu Manado sebagai bahasa pergaulan (sehari-hari).
Mata Pencaharian Suku Talaud
Mata pencaharian utama masyarakat ini adalah menjadi nelayan di laut hanya sebagian kecil saja yang menjadi petani di ladang-ladang atau dijadikan sebagai pekerjaan sampingan. Tanaman utama mereka adalah ubi-ubian, walaupun sudah diusahakan pula bertanam padi ladang dan sawah.

Masyarakat Suku Talaud
Karena mata pencahariannya lebih banyak ke laut, maka masyarakat ini umumnya mendirikan kampung di pinggir pantai dekat muara-muara sungai. Keluarga intinya disebut gaghurang yang berdiam di rumah semi permanen yang disebut bale. Keluarga-keluarga inti lalu membentuk kelompok keluarga luas terbatas yang disebut ruangana. Kelompok ini berdiam di rumah besar yang disebut bale manandu. Pada saat mereka bekerja di ladang atau menangkap ikan agak jauh dari kampung. mereka terpaksa mendirikan rumah sementara yang mereka sebut sabua. Sebuah kampung sering dihuni oleh satu ruangana, tetapi umumnya terdiri atas tiga sampai empat ruangana. Orang Talaud mempunyai hubungan kekerabatan yang bilateral sifatnya.

Pada zaman dulu masyarakat Talaud sudah mengembangkan sistem sosial politik dalam bentuk kerajaan-kerajaan kecil. Pada masa sekarang pengaruhnya masih terlihat dalam pelapisan sosial masyarakatnya. Golongan keturunan raja-raja dan bangsawan lama itu disebut kelompok papung, dan dibawahnya baru golongan rakyat biasa. Golongan budak zaman dulu disebut alangnga. Pada masa sekarang pelapisan sosial yang tajam seperti di atas suda menipis pengaruhnya.

Pada zaman dulu pernah berdiri kerajaan Talaud yang dipimpin seorang ratu atau raja. Kekuasaan dibawahnya dibagi-bagi kepada beberapa orang jogugu yang membawahi pula sejumlah kampung (wanua) di bawahnya. Kepala kampung disebut kapitan laut. Dalam tugasnya kapitan laut ini dibantu oleh sejumlah Dewan Adat yang disebut Inanggu Wanua yang sebenarnya adalah gabungan dari para pemimpin kelompok keluarga luas terbatas yang disebut timadu ruangana.

Suku Sangir Talaud  diperkirakan telah ada ribuan tahun Sebelum Masehi, hidup dan bertahan di pulau-pulau antara Sulawesi dan Filipina. Kajian antropologi kebudayaan pada masa sebelumnya menjelaskan orang Sangihe Talaud merupakan rumpun manusia berbahasa Melanesia yang berasal dari migrasi Asia pada 40.000 tahun SM. Kemudian disusul pada masa yang lebih muda sekitar 3.000 tahun SM dari Formosa yang berbahasa Austronesia. Penemuan terbaru yang lebih mengejutkan yang berhasil mematahkan terori linguistic di atas, adalah adanya kemungkinan nenek moyang suluruh klan di Indonesia berasal dari Nias-Mentawai, dengan ciri gen dari masa yang lebih tua sebelum migrasi Formosa.

Dalam aneka budaya lisan di masyarakat Sangihe Talaud, ada cerita nenek moyang seperti pengakuan adanya para Pendatang (Homo sapiens) yang dalam bahasa setempat disebut sebagaiAmpuang (manusia biasa). Selain para pendatang ini juga ada dua jenis manusia lain yang telah ada di sana dari masa sebelumnya yaitu Ansuang (raksasa) dan Apapuhang (manusia kerdil). Untuk dua jenis manusia terakhir itu, belum bisa dibuktikan secara ilmiah, karena mereka masih terbatas pada kepercayaan dengan adanya beberapa artefak bekas kaki dalam ukuran besar yang terpahat di bebatuan.

Sejumlah legenda pun ikut memperkaya kesimpangsiuran jejak asal muasal manusia Sangihe Talaud. Dari kepercayaan turun-temurun,  
pPulau-pulau Sangihe Talaud konon tercipta dari air mata seorang bidadari. Dari bidadari inilah manusia Sangihe dilahirkan. Ini sebabnya nama Sangihe itu berasal dari kata Sangi (tagis). Di pulau-pulaud Talaud, penyebutan Porodisa untuk kawasan itu justru dikaitkan dengan anggapan dimana manusia Talaud adalah keturunan Wando Ruata, yaitu seorang manusia gaib yang berasal dari Surga. Padahal kata Porodisa menurut teori linguistic justru merupakan mutasi neurologist bahasa lisan dari bahasa Spanyol: Paradiso (surga). Kata Sangi di Sangihe sendiri merupakan mutasi dari kata Melayu: tangis.

Mite lainnya bercerita tentang manusia yang berasal dari telur buaya. Ada juga yang beranggapan terjadi dari evolusi pelepah pisang secara mistis menjadi manusia. Kepercayaan terhadap dewa dewi dan system nilai budaya orang Sangihe Talaud ini menujukan adanya persinggung dengan system nilai di tempat lain seperti teori keseimbangan alam, memiliki kesamaan dengan teori Fun She dan Esho Funi dalam pemahaman Hindu kuno. Kepercayaan “Manna” atau kepercayaan terhadap adanya kekuatan mekanis dalam alam yang mempengaruhi peri kehidupan manusia, bukan tidak mungkin merupakan interpretasi lain akibat mutasi dari pemahaman kaum semitik akan Tuhan. Demikian pula dengan budaya ritual persembahan kurban yang mengunakan symbol darah Manusia yang di pukul sampai mati.

Manusia Sangihe Talaud sejak masa purba, juga mengakui adanya zat suci pencipta alam semesta dan manusia yang di sebut “Doeata, Ruata”, juga dinamakan ”Ghenggona”. Di bawahnya, bertahta banyak roh Ompung (Roh penguasa laut), dan Empung (roh penguasa daratan). Dewa-dewi ini berhadirat di gunung dan lembah-lembah, di laut, di sehamparan karang. Di cerocok dan tanjung. Di pohon, dan dalam angin. Di cahya, bahkan bisikan bayu. Di segala tempat, ruang, dan suasana. Kendati begitu, eksplorasi yang lebih ilmiah terhadap asal usul manusia Sangihe Talaud, yang telah ada saat ini baru sebatas dari masa abad ke 14. Bermula pada periode Migrasi Kerajaan Bowontehu 1399-1500. Disusul periode Kerajaan Manado 1500-1678. Dan terakhir periode kerajaan-kerajaan Sangihe Talaud dari 1425-1951.Gumansalangi (Upung Dellu) sebagai Kulano tertua kerajaan Tabukan atau Tampunglawo, yang bermukim di gunung Sahendarumang bersama Ondoasa (Sangiang Killa), istrinya, adalah anak dari Humansandulage bersama istrinya Tendensehiwu, yang mendarat di Bowontehu pada awal mula migrasi Bowontehu, Desember 1399. Mereka melakukan pelayaran dari Molibagu melalui Pulau Ruang, Tagulandang, Biaro, Siau terus ke Mangindano (Mindanau-Filipina), kemudian balik ke pulau Sangir – Kauhis dan mendaki gunung Sahendarumang, dimana mereka dan para pengikut mendirikan kerajaan Tampunglawo sebagai kerajaan tertua di Tabukan, yang pada periode kemudian melebar hingga ke seluruh kawasan kepulauan Sangihe dan Talaud.
Sementara Bulango bermigrasi dari Bowontehu pada 1570 menuju Tagulandang dimana anaknya bernama ratu Lohoraung mendirikan kerajaan Tagulandang di pulau itu bersama para pengikutnya.

Mata Pencaharian Suku Talaud

Mata pencaharian utama masyarakat ini adalah menjadi nelayan di laut hanya sebagian kecil saja yang menjadi petani di ladang-ladang atau dijadikan sebagai pekerjaan sampingan. Tanaman utama mereka adalah ubi-ubian, walaupun sudah diusahakan pula bertanam padi ladang dan sawah.

Upacara Tulude
           
Upacara adat ''Tulude'' merupakan hajatan tahunan warisan para leluhur masyarakat Nusa Utara (kepulauan Sangihe, Talaud dan Sitaro) di ujung utara propinsi Sulawesi Utara. Telah berabad-abad acara sakral dan religi ini dilakukan oleh masyarakat etnis Sangihe dan Talaud sehingga tak mungkin dihilangkan atau dilupakan oleh generasi manapun. Tradisi ini telah terpatri dalam khasanah adat, tradisi dan budaya masyarakat Nusa Utara.  

Pengertian Tulude itu sendiri adalah menolak atau mendorong dalam hal ini menolak tahun yang lama dan siap menerima tahun yang baru.  

Dalam upacara adat tulude ini, ada berbagai konten adat yang dilakukan. Pertama, dilakukan pembuat kue adat Tamo di rumah seorang tokoh adat semalam sebelum hari pelaksanaan upacara.Kedua, persiapan-persiapan pasukan pengiring, penari tari Gunde, tari salo, tari kakalumpang, tariempat wayer, kelompok nyanyi masamper. Ketiga, penetapan tokoh adat pemotong kue adat tamo, penyiapan tokoh adat pembawa ucapan Tatahulending Banua, tokoh adat pembawa ucapan doa keselamatan, seorang tokoh pemimpin upacara yang disebut Mayore Labo, dan penyiapan kehadiran Tembonang u Banua (pemimpin negeri sesuai tingkatan pemerintahan pelaksanaan upacara seperti kepala desa, camat, bupati/walikota atau gubernur) bersama Wawu Boki (isteri pemimpin negeri) serta penyebaran undangan kepada seluruh anggota masyarakat untuk hadir dengan membawa makanan untuk acara Saliwangu Banua (pesta rakyat makan bersama).  
Waktu pelaksanaan upacara adat Tulude adalah sore hari hingga malam hari selama kurang-lebih 4 jam. Waktu 4 jam ini dihitung mulai dari acara penjemputan kue adat Tamo di rumah pembuatan lalu diarak keliling desa atau keliling kota untuk selanjutnya dibawa masuk ke arena upacara. Sebelum kue Tamo ini di bawah masuk ke arena upacara, Tembonang u Banua (Kepala Desa, Camat, Walikota/Bupati atau Gubernur wajib sudah berada di bangsal utama untuk menjemput kedatangan kue adat ini. Di sana akan ada hajatan Tulude.

Rabu, 25 Maret 2015

Pengertian, Tujuan dan Ruang Lingkup Ilmu Budaya Dasar

Secara sederhana IBD adalah pengetahuan yang diharapkan dapat memberikan pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang konsep-konsep yang diekembangkan untuk mengkaji masalah-masalah manusia dan kebudayaan. Istilah IBD dikembangkan petama kali di Indonesia sebagai pengganti istilah basic humanitiesm yang berasal dari istilah bahasa Inggris “The Humanities”. Adapun istilah humanities itu sendiri berasal dari bahasa latin humnus yang astinya manusia, berbudaya dan halus. Dengan mempelajari th humanities diandaikan seseorang akan bisa menjadi lebih manusiawi, lebih berbudaya dan lebih halus. Dengan mempelajari the humanities diandaikan seseorang akan bisa menjadi lebih manusiawi, lebih berbudaya dan lebih halus. Dengan demikian bisa dikatakan bahwa the humanities berkaitan dengan nilai-nilai manusia sebagai homo humanus atau manusia berbudaya. Agar manusia menjadi humanus, mereka harus mempelajari ilmu yaitu the humanities disamping tidak meninggalkan tanggungjawabnya yang lain sebagai manusia itu sendiri.
Untuk mengetahui bahwa ilmu budaya dasar termasuk kelompok pengetahuan budaya lebih dahulu perlu diketahui pengelompokan ilmu pengetahuan. Prof Dr.Harsya Bactiar mengemukakan bahwa ilmu dan pengetahuan dikelompokkan dalam tiga kelompok besar yaitu :

1. Ilmu-ilmu Alamiah ( natural science ). Ilmu-ilmu alamiah bertujuan mengetahui keteraturan-keteraturan yang terdapat dalam alam semesta. Untuk mengkaji hal ini digunakan metode ilmiah. Caranya ialah dengan menentukan hokum yang berlaku mengenai keteraturan-keteraturan itu, lalu dibuat analisis untuk menentukan suatu kualitas.

2. Ilmu-ilmu sosial ( social science ) . ilmu-ilmu sosial bertujuan untuk mengkaji keteraturan-keteraturan yang terdapat dalam hubungan antara manusia. Untuk mengkaji hal ini digunakan metode ilmiah sebagai pinjaman dari ilmu-ilmu alamiah. Tapi hasil penelitiannya tidak 100% benar, hanya mendekati kebenaran. Sebabnya ialah keteraturan dalam hubungan antara manusia initidak dapat berubah dari saat ke saat.

3. Pengetahuan budaya ( the humanities ) bertujuan untuk memahami dan mencari arti kenyataan-kenyataan yang bersifat manusiawi. Untuk mengkaji hal ini digunakan metode pengungkapan peristiwa-peristiwa dan kenyataan-kenyataan yang bersifat unik, kemudian diberi arti.
Pengetahuan budaya (the humanities) dibatasi sebagai pengetahuan yang mencakup keahlian (disiplin) seni dan filsafat. Keahlian inipun dapat dibagi-bagi lagi ke dalam berbagai hiding keahlian lain, seperti seni tari, seni rupa, seni musik,dll. Sedangkan ilmu budaya dasar (Basic Humanities) adalah usaha yang diharapkan dapat memberikan pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang konsep-konsep yang dikembangkan untuk mengkaji masalah-masalah manusia dan kebudayaan.


Dengan perkataan lain IBD menggunakan pengertian-pengertian yang berasal dari berbagai bidang pengetahuan budaya untuk mengembangkan wawasan pemikiran serta kepekaan mahasiswa dalam mengkaji masalah masalah manusia dan kebudayaan.

Ilmu budaya daar berbeda dengan pengetahuan budaya. Ilmu budaya dasar dalam bahasa Ingngris disebut basic humanities. Pengetahuan budaya dalam bahas inggris disebut dengan istilah the humanities. Pengetahuan budaya mengkaji masalah nilai-nilai manusia sebagai mahluk berbudaya (homo humanus). Sedangkan ilmu budaya dasar bukan ilmu tentang budaya, melainkan mengenai pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang konsep-konsep yang dikembangkan untuk mengkaji masalah-masalah manusia dan budaya.

A. Tujuan Ilmu Budaya Dasar
Penyajian mata kuliah ilmu budaya dasar tidak lain merupakan usaha yang diharapkan dapat memberikan pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang konsep-konsep yang dikembangkan untuk mengkaji masalah-masalah manusia dan kebudayaan. Dengan demikian mata kuliah ini tidak dimaksudkan untuk mendidik ahli-ahli dalam salah satu bidang keahlian yang termasuk didalam pengetahuan budaya (the humanities) akan tetapi IBD semata-mata sebagai salah satu usaha untuk mengembangkan kepribadian mahasiswa dengan cara memperluas wawasan pemikiran serta kemampuan kritikalnya terhadap nilai-nlai budaya, baik yang menyangkut orang lain dan alam sekitarnya, maupun yang menyangkut dirinya sendiri. Untuk bisa menjangkau tujuan tersebut IBD diharapkan dapat :

1. Mengusahakan kepekaan mahasiswa terhadap lingkungan budaya, sehingga mereka lebih mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru, terutama untuk kepentingan profesi mereka

2. Memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk memperluas pandangan mereka tentang masalah kemansiaan dan budaya serta mengembangkan daya kritis mereka terhadap persoalan-persoalan yang menyangkut kedua hal tersebut.

3. Mengusahakan agar mahasiswa, sebagai calon pemimpin bagnsa dan Negara serta ahli dalam bidang disiplin masing-masing tidak jatuh ke dalam sifat-sifat kedaerahan dan pengkotakan disiplin yang ketat

4. Menguasahakan wahana komunikasi para akademisi agar mereka lebih mampu berdialog satu sama lain. Dengan memiliki satu bekal yang sama, para akademisi diharapkan akan lebih lancer dalam berkomunikasi.


B. Ruang Lingkup Ilmu Budaya Dasar
Bertitik tolak dari kerangka tujuan yagn telah ditetapkan, dua masalah pokok bisa dipakai sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan ruang lingkup kajian mata kuliah IBD. Kedua masalah pokok itu adalah :

1. Berbagai aspek kehidupan yang seluruhnya merupakan ungkapan masalah kemanusiaan dan budaya yang dapat didekati dengan menggunakan pengetahuan budaya (the humanities), baik dari segi masing-masing keahlian (disiplin) didalam pengetahuan budaya, maupun secara gabungan (antar bidang) berbagai disiplin dalam pengetahuan budaya

2. Hakekat manusia yang satu atau universal, akan tetapi yang beraneka ragam perwujudannya dalam kebudayaan masing-masing jaman dan tempat.
Menilik kedua pokok masalah yang bisa dikaji dalam mata kuliah IBD, nampak dengan jelas bahwa manusia menempati posisi sentral dalam pengkajian. Manusia tidak hanya sebagai obyek pengkajian. Bagaimana hubungan manusia dengan alam, dengan sesama, dirinya sendiri, nilai-nilai manusia dan bagaimana pula hubungan dengan sang pencipta menjadi tema sentral dalam IBD.

C. Pokok-pokok bahasan yang dikembangkan adalah :
1.Manusia dan Cinta Kasih
2.Manusia dan Keindahan
3.Manusia dan Penderitaan
4.Manusia dan Keadilan
5.Manusia dan Pandangan hidup
6.Manusia dan Tanggung Jawab Serta Pengabdian
7.Manusia dan Kegelisahan
8.Manusia dan Harapan