Jumat, 28 Juni 2019

2.1 Tugas Manajemen & Layanan S.I

Nama : R. Akhnaf Naufal T
NPM : 18114653
Kelas : 2KA20

2.1 Apa yang anda ketahui tentang Information Technology Library atau Pustaka  Infrastruktur Teknologi Informasi ?

Information Techbology Infrastructure Library
  
Dari perspektif bisnis, teknologi informasi mencakup semua perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software) yang diperlukan perusahaan untuk mencapai tujuan-tujuan bisnisnya. Teknologi informasi tidak hanya mencakup mesin komputer, media penyimpanan, dan piranti mobile, tetapi juga mencakup perangkat keras, seperti sistem operasi Windows atau sistem operasi Linux, aplikasi-aplikasi Microsoft Office, serta beraneka ragam program komputer lainnya yang digunakan perusahaan.

Infrastruktur teknologi informasi adalah sumber daya teknologi yang digunakan bersama yang menjadi platform bagi aplikasi sistem informasi tertentu di dalam perusahaan. Infrastruktur teknologi informasi mencakup perangkat keras, perangkat lunak, dan layanan yang digunakan bersama di dalam perusahaan.

Lima tahap evolusi infrastruktur teknologi informasi meliputi: era mainframe, era komputer pribadi, era client/server, era enterprise computing, dan era cloud & mobile computing.

Hukum Moore memperhitungkan dua hal, yaitu peningkatan kemampuan pemrosesan secara eksponensial dan penurunan biaya/harga teknologi komputer, menyatakan bahwa setiap 18 bulan kemampuan microprocessor akan meningkat dua kali lipat sedangkan harga komputer turun setengahnya. Law of Mass Digital Storage memperhitungkan penurunan biaya/harga media penyimpanan secara eksponensial, menyatakan bahwa jumlah kilobyte data yang bisa disimpan dalam media magnetik seharga $1 akan meningkat dua kali lipat setiap 15 bulan. Hukum Metcalfe menyatakan bahwa nilai suatu jejaring bagi para partisipannya akan meningkat secara eksponensial seiring dengan semakin banyaknya anggota jejaring itu. Penurunan drastis biaya komunikasi serta tumbuhnya kesepakatan dalam industri teknologi untuk menggunakan standar komputasi dan komunikasi juga mendorong meluasnya penggunaan komputer secara dramatis.

Jumat, 26 April 2019

1.3 Tugas Manajemen & Layanan S.I


Nama : R. Akhnaf Naufal T
NPM : 18114653
Kelas : 2KA20

1.3 Sebutkan & jelaskan kerangka kerja  Manajemen Layanan SI, dan berikan contohnya !



Kerangka Kerja (Framework) Manajemen Layanan Sistem Informasi

1. Information Technology Infrastructure Library (ITIL)
ITIL atau Information Technology Infrastructure Library adalah suatu rangkaian dengan konsep dan teknik pengelolaan infrastruktur, pengembangan, serta operasi teknologi informasi (TI). ITIL diterbitkan dalam suatu rangkaian buku yang masing-masing membahas suatu topik pengelolaan (TI). Nama ITIL dan IT Infrastructure Library merupakan merek dagang terdaftar dari Office of Government Commerce (OGC) Britania Raya.

2. Control Objectives for Information and Related Technology(COBIT)
COBIT (Control Objectives for Information and Related Technology) merupakan audit sistem informasi dan dasar pengendalian yang dibuat olehInformation Systems Audit and Control Association (ISACA) dan IT Governance Institute (ITGI) pada tahun 1992.

3. Software Maintenance Maturity Model

4. PRM-IT  IBM’s Process Reference Model for IT

5. Application Services Library (ASL)
Aplikasi Layanan Perpustakaan (ASL) adalah kerangka kerja domain publik dari praktik terbaik yang digunakan untuk standarisasi proses dalam Aplikasi Manajemen, disiplin memproduksi dan memelihara sistem informasi dan aplikasi. Istilah “perpustakaan” digunakan karena ASL disajikan sebagai satu set buku yang menggambarkan praktek-praktek terbaik dari industri TI. Hal ini dijelaskan dalam beberapa buku dan artikel (banyak dari mereka hanya tersedia dalam bahasa Belanda) dan di situs resmi ASL BiSL Foundation.

6. Business Information Services Library (BISL)
BiSL adalah standar domain publik sejak tahun 2005, diatur oleh Lembaga ASL BiSL (sebelumnya Lembaga ASL). Kerangka kerja ini menggambarkan standar untuk proses dalam manajemen informasi bisnis di strategi, manajemen dan operasi tingkat. [1] BiSL berkaitan erat dengan ITIL dan ASL kerangka, namun perbedaan utama antara kerangka kerja ini adalah bahwa ITIL dan ASL fokus pada pasokan sisi informasi (tujuan organisasi TI), sedangkan BiSL berfokus pada sisi permintaan (yang timbul dari organisasi pengguna akhir)

7. Microsoft Operations Framework (MOF)
Microsoft Operations Framework (MOF) 4.0 adalah serangkaian panduan yang bertujuan membantu teknologi informasi (TI) profesional menetapkan dan menerapkan layanan yang handal dan hemat biaya.
eSourcing Capability Model  for Service Providers (Escm-sp) daneSourcing Capability Model for Client Organizations (eSCM-CL) dari ITSqc for Sourcing Management

8. eSourcing Capability Model  for Service Providers (eSCM-SP)
adalah suatu kerangka kerja yang dikembangkan oleh ITSqc di Carnegie Mellon University. eSCM-SP adalah “praktek terbaik” model kemampuan dengan tiga tujuan :
  • Untuk memberikan penyedia layanan bimbingan yang akan membantu mereka meningkatkan kemampuan mereka di seluruh sourcing siklus hidup
  • Untuk menyediakan klien dengan cara yang obyektif mengevaluasi kemampuan penyedia layanan
  • Untuk menawarkan penyedia layanan standar untuk digunakan saat membedakan diri dari pesaing.


1.2 Tugas Manajemen & Layanan S.I

1.2 Sebutkan & jelaskan metode yang digunakan Manajemen Layanan SI, dan berikan contohnya !

Jawab :

Metode yang digunakan Manajemen Layanan Sistem Informasi

Total Quality Management (TQM)
Total Quality Management (TQM), adalah suatu konsep manajemen yang telah dikembangkan sejak lima puluh tahun lalu yang diambil dari berbagai praktek manajemen, usaha peningkatan dan pengembangan produktivitas. Di masa lampau, literatur manajemen berfokus pada fungsi-fungsi kontrol kelembagaan, termasuk perencanaan, pengorganisasian, perekrutan staf, pemberian arahan, penugasan, strukturisasi dan penyusunan anggaran. Table satu berikut ini menunjukkan bahwa konsep manajemen ini membuka jalan menuju paradigma berpikir baru yang memberi penekanan pada kepuasan pelanggan dan pelayanan yang bermutu. Faktor-faktor yang menyebabkan lahirnya perubahan paradigma adalah semakin meningkatnya persaingan, ketidakpuasan pelanggan terhadap mutu pelayanan dan produk, pemotongan anggaran serta krisis ekonomi. Konsep TQM berasal dari model perusahaan dan industry, sama seperti konsep manajemen yang lahir sebelumnya.

Contoh Penerapan Total  Quality  Management(TQM) pada  PT. Citra  Abadi Sejati.

Penerapan TQM pada perusahaan ini memang tidak langsung sekaligus, akan tetapi bertahap setiap tahunnya demi melakukan perbaikan dan peningkatan yang berkesinambungan. Strategi ini terus dilakukan untuk menciptakan kualitas produk yang terbaik untuk para pelanggan dan menciptakan daya saing perusahaan agar lebih dikenal di dunia garmen internasional. Berdasarkan 10 pilar utama TQM,  PT Citra  Abadi  Sejati telah melakukan  usaha  ini dengan  sebaik mungkin.

Fokus pada Pelanggan Tidak bisa di pungkiri bahwa tidak ada pelanggan tidak ada pendapatan dan tentu tidak akan ada kegiatan produksi pada perusahaan. Hal ini juga yang menjadikan PT. Citra Abadi Sejati sangat memperhatikan keinginan pelanggannya, karena perusahaan ini bersifat Bussiness to Bussiness tentu saja tidak bisa mengabaikan pelanggannya dan membuat produk dengan keinginan sepihak. Koordinasi dengan pelanggan sangat  penting untuk mencapai kesepakatan dan kepuasaan pelanggan. Hubungan dengan pelanggan pun tidak hanya bertemu, membuat kesepakatan, membuat produk, transaksi jual beli produk lalu selesai. Akan tetapi untuk bisnis jangka panjang yang dapat memberikan keuntungan untuk kedua belah pihak selama menjalin kerja sama. Lalu, untuk memberikan kepuasan yang lebih kepada konsumen, produk dengan kualitas terbaik diberikan baik berupa bahan baku maupun proses dalam pembuatan produk tersebuthingga sampai kepada pelanggan. Berikut adalah beberapa cara yang dilakukan dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan.

a. Menjalin  hubungan  baik  dengan  para  pelanggan,  baik  menyambut mereka (buyer) ketika melakukan kunjungan ke indonesia atau ketika melakukan audit ke perusahaan. Atau bahkan hanya sekedar mengucapkan ulang tahun kepada pelanggan, karena hal kecil saja yang bagi sebagian orang tidaklah terlalu penting, bagi mereka  itu merupakan sebuah cara dalam menghargai orang yang akan memper-eratkan hubungan dalam kegiatan bisnis.

b. Menerima saran dan kritik dalam pembuatan produk baik dalam bentuk gambaran produk atau fitur-fitur yang akan ditanamkan pada  produk yang akan dibuat.

c. Memberikan produk dengan kualitas terbaik, karena perusahaan ini terkenal dengan kualitas produk yang dibuatnya. Maka para pelanggan akan mendapatkan kualitas terbaik dari produk-produk yang dibuat dalam setiap komponen produknya.

d. Memberikan ketepatan dalam pengiriman barang kepada pelanggan.e.Ketika barang  yang  tidak  sesuai  dengan  persyaratan  dari  pelanggan (buyer) perusahaan siap dengan penggantian.f.Memberikan harga yang sesuaibagi para pelanggan yang setia.


Six Sigma
Six Sigma adalah suatu alat manajemen baru yang digunakan untuk mengganti Total Quality Management (TQM), sangat terfokus terhadap pengendalian kualitas dengan mendalami sistem produksi perusahaan secara keseluruhan. Memiliki tujuan untuk, menghilangkan cacat produksi, memangkas waktu pembuatan produk, dan menghilangkan biaya.

Contoh penerapan Strategi Six Sigma mulai diinisiasi untuk aplikasi pada industri healthcare pada bulan Maret tahun 1998. Commonwealth Health Corporation (CHC) adalah organisasi healthcare pertama yang sukses mengimplementasikan strategi efisiensi dari Six Sigma. CHC menandatangani kontrak dengan Healthcare Solution, sebuah divisi konsultasi dari GE Medical Systems, untuk membantu organisasi mereka melatih leadership dalam membentuk team building yang efektif, mengurangi cost operasional, dan meningkatkan bulling cycle. Prioritas kuncu yang digambarkan oleh organisasi telah tercapai: keuntungan finansial substansial telah terbentuk, khususnya pada departemen radiologi yang mengalami peningkatan sebesar 33% dan cost per prosedur radiologi berkurang sampai 21,5%. Perusahaan tersebut dapat memfokuskan pada pemilihan proyek-proyek yang penting dan mengujinya untuk mencapai tujuan strategis dari perusahaan yang telah ditetapkan. Pada tahun 2003, Stanford Hospital and Clinics dan Red Cross Hospital di Belanda juga menerapkan kekuatan dari Six Sigma dalam membuat solusi standardisasi untuk beberapa permasalahan prosedur dan organisasi.

Pada awalnya aplikasi Six Sigma pada organisasi healthcare mengalami banyak kritik. Kebanyakan kritik tersebut menyatakan bahwa Six Sigma merupakan metode yang hanya dapat diterapkan di industri manufaktur saja. Ternyata pada prakteknya Six Sigma juga bisa digunakan pada organisasi atau bisnis yang berorientasi pada service seperti industri healthcare.

Dalam penerapannya, metodologi ini memang sering mengalami penyusutan pada tingkat kehati-hatiannya; telah disadari bahwa organisasi perlu mencari cara untuk melakukan leverage pada data (dikumpulkan melalui Six Sigma) untuk mempengaruhi perilaku atau behavior pada manusia. Sukses terbesar disadari ketika strategi teknik dan structural dikombinasikan. Metodologi Six Sigma kini telah diimplementasikan dalam berbagai organisasi healthcare untuk meningkatkan finansial dan performansi operasional mereka seperti yang telah dilakukan oleh CHC.


Business Process Management (BPM)
BPM adalah suatu metode penyelarasan secara efisien suatu organisasi dengan keinginan dan kebutuhan organisasi tersebut. BPM merupakan suatu pendekatan manajemen holistic untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi bisnis seiring upaya untuk mencapai inovasi, fleksibilitas dan integrasi dengan teknologi.

Contoh :

1. Mendefinisikan  Proses 
Pada fase ini pemilik proses akan merancang, menganalisa dan mendefinisikan proses bisnis yang akan diotomasi yang dimulai dari alur aktifitas, alur informasi, aturan dan kebijakan bisnis, sumber daya yang dibutuhkan, hingga perhitungan performansinya (Key Performance Indicators / KPI) seperti lamanya waktu proses, biaya seluruh aktifitas, dsb. Pada beberapa software solusi BPM, tahap ini dapat dilakukan dengan cara memodelkan dan menggambarkan prosesnya secara grafis visual, seperti layaknya Microsoft Visio. Setelah itu kita bahkan dapat melakukan simulasi jalannya proses untuk mengidentifikasi critical path dan bottleneck yang mungkin terjadi. Pada simulasi tersebut, kita juga dapat mendefinisikan semacam Service Level Agreements (SLA) untuk menguji performansi rancangan proses tersebut. Diharapkan dengan adanya software untuk simulasi rancangan proses, pemilik proses dapat memperoleh masukan sebelum proses benar-benar diimplementasi dengan membuat proses yang benar-benar optimal dan memiliki performansi yang cukup tinggi.

2. Mengeksekusi & melakukan kontrol proses 
Hasil dari pemodelan dan perancangan proses yang dilakukan oleh manajer proses kemudian dialihkan ke bagian IT untuk dilakukan otomasi. Setelah dilakukan implementasi, maka pada fase inilah karyawan dan pihak-pihak terkait akan menjalankan proses sesuai dengan aturan yang telah didefinisikan sebelumnya, dan supervisor dan manajer proses bertugas untuk mengontrol jalannya proses tersebut. Tindakan perbaikan diperlukan pada fase ini ketika terjadi hal-hal yang tidak sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan, seperti adanya keterlambatan waktu proses, terjadinya exception, sumber daya tidak tersedia, dan sebagainya.

3. Monitoring & Perbaikan Proses 
Proses bisnis yang telah diimplementasi dimonitor terus performansinya melalui perhitungan Key Performance Indicators (KPI) dan ukuran-ukuran lain yang telah ditentukan sebelumnya. Monitoring dilakukan dengan menggunakan data-data dalam bentuk real-time, sehingga akan sesuai dengan keadaan riil di lapangan. Dari hasil monitoring tersebut maka pihak manajemen dapat melihat dan menganalisa apakah perlu diadakan perbaikan terhadap suatu proses bisnis atau tidak.

Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa Manajemen dari Bisnis Proses yang terus menerus dilakukan  sangat berpengaruh terhadap tingkat fleksibilitas dari suatu perusahaan yang sangat dibutuhkan di dunia bisnis seperti sekarang ini. Dengan dukungan dari Sistem BPM (Business Process Management) yang men-support full process lifecycle dan bersifat loop tertutup maka pembangunan suatu sistem proses bisnis yang efektif dan efisien, yang memiliki daya respon yang cukup cepat terharap perubahan kondisi bisnis akan dapat terwujud.


Capability Maturity Model Integration (CMMI)
CMMI adalah suatu pendekatan perbaikan proses yang memberikan unsure-unsur penting proses efektif bagi organisasi. Praktik-praktik terbaik CMMI dipublikasikan dalam dokumen-dokumen yang disebut model, yang masing-masing ditunjukan untuk berbagai bidang yang berbeda.


1.1 Tugas Manajemen & Layanan S.I

1.1 Jelaskan pengertian Manajemen Layanan Sistem Informasi, dan berikan contohnya !

Jawab :

Manajemen Layanan Sistem Informasi adalah suatu metode pengelolaan sistem informasi(SI) yang secara filosofis terpusat pada perspektif konsumen layanan SI terhadap bisnis perusahaan.


Manajemen Layanan Sistem Informasi berfokus pada proses dan karenanya terkait dan memiliki minat yang sama dengan kerangka kerja dan metodologi gerakan perbaikan proses (seperti Six Sigma, ERP, dsb) Disiplin ini tidak memedulikan detail penggunaan produk suatu pemasok tertentu atau detail teknis suatu sistem yang dikelola, melainkan berfokus pada upaya penyediaan kerangka kerja untuk menstrukturkan aktivitas yang terkait dengan sistem informasi dan interaksi antara personel teknis TI dengan pengguna teknologi informasi.


Manajemen Layanan Sistem Informasi umumnya menangani masalah operasional manajemen sistem informasi dan bukan pada pengembangan teknologinya sendiri. Contohnya, proses pembuatan software komputer untuk dijual bukanlah fokus dari disiplin ini, melainkan sistem komputer yang digunakan oleh bagian pemasaran dan pengembangan bisnis di perusahaan perangkat lunak-lah yang merupakan fokus perhatiannya. Banyak pula perusahaan non-teknologi, seperti pada industri keuangan, ritel, dan pariwisata, yang memiliki sistem TI yang berperan penting, walaupun tidak terpapar langsung kepada konsumennya.

Referensi

Jumat, 11 Januari 2019

4.3 Tugas Inovasi Sistem Informasi Modern (Kelebihan dan Kekurangan Aplikasi Transportasi Online)


Pada saat ini sebagian masyarakat tidak bisa terlepas dari smartphone mulai anak-anak hingga orang tua. Hampir semua jenis kegiatan sekarang dapat dipermudah dengan adanya sistem digital yang terhubung dengan koneksi internet seperti kegiatan sosial dan perekonomian.  Seperti yang kita ketahui, saat ini telah marak sistem transportasi online yang menggunakan aplikasi di smartphone. Namun, apa saja kelebihan dan kekurangan dari transportasi online.

Kelebihan

Efektif dan Efisien
Dalam pemesan sangat mudah dan menghemat waktu. Kalau kita lihat, ojek/taksi pengkolan konsumen harus mencari pangkalan ojek/taksi terlebih dahulu, sedangkan apabila menggunakan aplikasi kita hanya memesan melalui hp dan tidak lama ojek/taksi akan datang menghampiri.

Transparan Harga
Dari harga transportasi online dapat kita ketahui terlebih dahulu di aplikasi sehingga kita tidak perlu menawar atau melihat argo secara terus menerus. Hal ini memberikan rasa tenang terhadap penumpang.

Variasi Layanan
Tidak hanya fokus pada antar-jemput penumpang, kini beberapa aplikasi ojek online sudah menyediakan layanan-layanan tambahan lainnya, seperti : Go-Pulsa dan Go-Tix pada Go-Jek. Selain itu Go-Jek menciptakan mata uang virtual yang bernama Go-pay, sehingga pelanggan setianya dapat membayar beberapa tagihan dengan Go-pay bila top up.


Kelemahan

Privasi
Nomor handphone yang diberikan kepada driver tidak sedikit disalahgunakan oleh driver sehingga mengganggu privasi penumpang.

Tidak bisa pindah tujuan
Karena penentuan tujuan melalui aplikasi dan tidak bisa dirubah ketika penumpang sudah naik ojek/taksi online, sehingga apabila pindah tujuan penumpang bisa dikenakan ongkos lebih.

Jadi, setiap perubahan pasti ada kelebihan ataupun kekurangan sehingga masyarakat harus menggunakan aplikasi transportasi online secara bijak dan tetap berhati-hati.

4.2 Tugas Inovasi Sistem Informasi Modern

4.1 Tugas Inovasi Sistem Informasi Modern (Shared Service Dalam Dunia Bisnis)


Shared Service adalah konsolidasi atau sebuah business model yang memungkinkan sumber daya – sumber daya atau resources yang ada untuk keseluruhan elemen yang ada di dalam organisasi tersebut untuk level customer-service yang sudah ditentukan sebelumnya. Shared Services adalah sebuah business unit yang terpisah yang diciptakan dalam sebuah perusahaan, sebuah organisasi atau sebuah agen yang bertanggung jawab untuk memberikan pelayanan atau services kepada operating business unit dan fungsi – fungsi korporasi di perusahaan atau organisasi tersebut.
Selain itu, Shared service bisa juga berarti penyediaan sebuah service atau pelayanan oleh satu bagian dari sebuah organisasi atau grup di mana service tersebut sebelumnya sudah ditemukan di dalam lebih dari satu bagian dari organisasi atau perusahaan tersebut. Secara harafiahnya, shared service adalah sebuah service atau layanan yang di-share atau dibagi pemakaian atau penggunaannnya oleh beberapa ataupun semua bagian -bagian entitas di dalam sebuah perusahaan atau organisasi.
Faktor pendanaan maupun sumberdaya dari service dibagi dan department yang menyediakan pelayanan tersebut secara efektif menjadi sebuah internal service provider atau sebuah penyedia jasa layanan internal. Ide utama dari shared service adalah “sharing” dalam sebuah organisasi atau group. Sharing ini secara fundamental dibutuhkan untuk memasukkan shared accountability atau akuntabilitas pembagian dari hasil oleh unit di mana pekerjaan yang dibagikan tersebut diboyong oleh sang provider. Di sisi sebaliknya, sang provider perlu untuk memastikan bahwa hasil yang sudah disetujui bersama tersebut disampaikan berdasarkan standard tertentu yang sudah ditetapkan (KPIs, cost, kualitas, dll). Shared Services juga bisa diterapkan dalam hubungan antar dua buah organisasi yang berbeda maupun lebih, untuk bagian yang berbeda dari kedua organisasi tersebut.


Contoh
kasus The New York Times, sebuah research and development group yang dipekerjakan oleh surat kabar The New York Times, mengembangkan sebuah sistem shared service di antara dua lusin produsen surat kabar, sebuah stasiun radio dan lebih dari 50 unit websites. Fungsi utama dari shared services yang dikembangkan oleh sang research and development group ini untuk The New York Times adalah untuk menambahkan dan mendukung inovasi yang ada di dalam business unit tersebut.
Upaya yang dilakukan The New York Times memfokuskan pengembangan inovasi teknologi informasi melalui upaya pengumpulan inisiatif dari berbagai pihak yang berbeda.


Ada beberapa keuntungan atau advantages yang didapat oleh The New York Times dalam menerapkan shared services di dalam business units network-nya adalah:
  1. Cost-efficiency or Economies of Scale – Dengan menerapkan sistem shared services ini pastinya akan lebih hemat secara cost untuk pihak The New York Times.
  2. Jika ada satu inovasi positif yang ingin diterapkan oleh pihak The New York Times akan bisa langsung disampaikan dan diterima oleh semua business units yang terhubungkan secara sistem shared services oleh pihak The New York Times tersebut.
  3. Adanya sebuah proses yang sudah terstandardisasikan untuk keseluruhan business units yang tergabung dalam network The New York Times.
  4. Common Technology Platform – Dimungkinkannya transformasi yang terkoordinasi antara front, middle dan back-offices yang tergabung dalam network shared services tersebut.
  5. Semua Operating units bebas untuk focus kepada proses operasional mereka dan external customers mereka. Jika sewaktu -waktu ada masalah mereka bisa kembali kepada Shared Services untuk support.
  6. Decision Support – Data yang dianalisa dan disampaikan adalah data yang sudah reliable dan sudah siap untuk dieksekusi.
  7. Flexibility – Shared Services bisa disumberkan melalui berbagai multiple delivery channels dan berbagai lokasi geographis.
  8. Scalability – Shared Services delivery model bisa diukur untuk akuisi dari segi dan aspek geographis dan expansi service scope dengan biaya tambahan yang relatif rendah.
  9. Diperoleh berbagai inisiatif yang beragam. Ini dimungkinkan karena adanya berbagai pihak yang terlibat dalam upaya inovasi teknologi informasi.
  10. Adanya support bagi inovasi dalam unit bisnis melalui kerjasama dengan pihak lain yang lebih kompeten dibidang masing-masing, sehingga akan tercapai inovasi yang unggul. Hal ini sejalan dengan pendapat O’Brien (2005) yang menyatakan bahwa salah satu strategi dasar penggunaan teknologi informasi dalam bisnis adalah strategi persekutuan, dimana perusahaan membuat hubungan dan persekutuan bisnis baru dengan konsultan, dan perusahaan-perusahaan lainnya. Langkah ini dilakukan melalui kerjasama dengan perusahaan di bidang IT (Adobe developers, Times Widgets), perusahaan jasa hiburan (Netflix).
  11. Semenjak mulai berinovasi, The New York Times tidak memerlukan modal investasi yang terlalu besar. Menurut O’Brien (2005) salah satu strategi dasar penggunaan teknologi informasi dalam bisnis adalah strategi kepemimpinan dalam biaya, dimana perusahaan berusaha memangkas biaya-biaya dalam proses bisnis. The New York Times mampu meningkatkan pendapatan sekaligus memangkas biaya, melakukan efisiensi melalui perbaikan proses (process development) dan otomatisasi. Upaya ini dilakukan melalui penggunaan software untuk rapid development berupa penggunaan aplikasi pengembangan cepat (rapid application), yaitu software metode pengembangan yang digunakan untuk perencanaan singkat sebelum membentuk prototipe rapid.

Pertumbuhan penggunaan shared services dalam kehidupan berbisnis secara terus menerus dihubungkan dengan restrukturisasi bisnis dalam skala yang lebih besar dan juga terus tumbuh seiring dengan pertumbuhan entitas bisnis secara keseluruhan di dunia ini dan juga kegunaannya untuk membentuk sebuah platform atau landasan yang kokoh untuk pertumbuhan global yang bertumbuh secara cepat. Secara umum, faktor pendorong yang kuat untuk mengimplementasikan shared services sering sekali berhubungan dengan costs, kualitas, speed, dependablity, dan flexibility.
Beberapa keterbatasan atau disadvantages yang didapat oleh The New York Times dalam menerapkan shared services di dalam business units network-nya adalah :
  1. Resistence to Change – Perubahan management yang efektif harus menjadi sebuah komponen dari implementasi shared services tersebut, tanpa memandang bulu sumbernya.
  2. Legacy Systems – Walaupun selalu tidak menjadi mungkin, shared services dan interogasi sistem adalah bagian dari proyek transformasi yang bisa menghasilkan hasil yang sukses. Keterbatasan dari legacy bisa membuat hasil yang diinginkan tidak optimal.
  3. Leadership – Ada saat – saat yang sulit, di mana semua orang harus mempunyai pandangan yang sama bilamana ada kebijakan yang ingin diterapkan
  4. Shared Service Team – Perilaku dan Kemampuan yang telah ditentukan oleh sebuah team yang service-oriented diprioritaskan untuk memungkinkan dan memampukan teknologi untuk mengoptimalisasi proses yang bisa jadi tidak eksis dalam organisasi hari ini. Pastikan dalam menentukan orang yang tepat sebelum kita memulainya.
  5. Perusahaan yang sehat dan berkembang perlu menyisihkan 90-95% dari dana inovasinya untuk inovasi sesuai inti bisnisnya dan 5-10% untuk model bisnis baru. Artinya perlu ada kepastian dana yang tidak sedikit dalam upaya inovasi ini. Hal ini bertolak belakang dengan upaya The New York Times yang justru melakukan efisiensi biaya.
  6. Keterbukaan The New York Times untuk menjalin kerjasama dengan pihak luar yang memiliki beragam inisiatif berbeda membuka peluang pada terbukanya “informasi berharga” kepada pihak luar yang mungkin tidak menguntungkan bagi The New York Times.
  7. Industri surat kabar menghadapi permasalahan yang komplek, oleh karena itu memerlukan kesabaran untuk mengembangkan model bisnis yang baru dan memastikan budget keuangan perusahaan selalu tersedia.

Secara umum, kelemahan dari shared services adalah proses yang dihasilkan secara keseleruhan akan dibuatnya lebih panjang dan lebih kompleks. Suatu sistem yang mampu menampung dan menyebarkan kembali ide-ide dari masing-masing individu maupun tim perusahaan memerlukan infrastruktur teknologi informasi yang lebih baik dan akan membutuhkan dana yang tidak sedikit.